Akhir Dari Koalisi, SBY : Partai Demokrat Menyatakan Berkoalisi Dengan Partai Gerindra

Akhir Dari Koalisi, SBY : Partai Demokrat Menyatakan Berkoalisi Dengan Partai Gerindra
Rakyat Utama. Akhir Dari Koalisi, SBY : Partai Demokrat Menyatakan Berkoalisi Dengan Partai Gerindra.
Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal sulitnya membangun koalisi dengan Presiden Joko Widodo, disayangkan istana. Pertemuan langsung maupun telepon selama ini sudah cukup lancar. Bahkan sudah ada kesepakatan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi salah seorang menteri setelah pilpres 2019 nanti.

Belakangan, Demokrat yang berlabuh di koalisi umat tanpa ‘pamit’ dengan Jokowi, dinilai sebagai sikap yang tidak menggambarkan seorang negarawan. Bahkan SBY menyebut sulit membangun koalisi dengan Jokowi.

“Itu pernyataan tidak baik. Seakan-akan tidak ada pertemuan sama sekali selama ini. Padahal, sudah dilakukan pertemuan empat mata yang diketahui publik maupun yang tidak diketahui, antara Pak Presiden dengan Pak SBY.  Sudah ada gentlemen’s agreement (kesepakatan). Tapi Pak SBY mengakhirinya dengan cara seperti ini. Ini kan tidak baik. Tidak gentle,” papar juru bicara istana, Dr Ali Mochtar Ngabalin.

Seperti diketahui, pertemuan antara SBY dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Selasa (24/7) malam, menghasilkan kesepatan, Demokrat bergabung dalam koalisi umat. Di dalamnya terdapat Gerindra, PKS, PBB dan PAN. Walau PAN sejauh ini masih membuka peluang untuk bergabung ke istana.

“Atas dasar kesepahaman saya dan Pak Prabowo dalam melihat kondisi bangsa yang memprihatinkan saat ini, kami partai Demokrat menyatakan berkoalisi dengan Partai Gerindra dan partai lainnya,” ucap SBY usai pertemuan kediamannya di Jalan Mega Kuningan Timur VII No 26, Jakarta.

Atas sikap ini, SBY pun menegaskan, peluang Demokrat membentuk poros ketiga ataupun bergabung dengan poros petahana Joko Widodo sudah tertutup.

“Saya menjalin (komunikasi) dengan Pak Jokowi setahun terakhir ini. Pak Jokowi berharap saya berada di dalam (koalisi). Tapi saya menyadari banyak rintangan dan hambatan untuk menjalin ke koalisi itu. Karena koalisi harus terbangun kalau ada mutual trust (saling percaya) dan mutual respect (saling sepaham). Dan dengan Pak Prabowo saya merasakan adanya syarat koalisi itu, ” ujar SBY.

Sikap SBY ini lah yang dipersoalkan istana. Melalui juru bicaranya, Ali Mochtar Ngabalin, Istana berpendapat, pernyataan SBY tersebut menggambarkan seakan-akan tidak ada komunikasi dan sulit membangun kesepakatan dengan Jokowi. Terlebih, untuk memutuskan bergabung ke koalisi umat, tidak ada komunikasi ke istana.

“Pak SBY, tolong, jangan lupa. Komunikasi sudah terbangun selama ini. Kok tiba-tiba seperti ini? Ini ibarat kita sudah melamar, kemudian ada lamaran lagi di atasnya. Harusnya batalkan dulu lamaran sebelumnya,” ucap Ngabalin.

Ia mengakui, sudah ada kesepakatan untuk memberi kursi menteri kepada AHY. Namun ternyata itu masih belum memuaskan hati SBY. “Sudah ada jabat tangan, kata sepakat. Kalau AHY (disyaratkan) cawapres, ya sabar-sabarlah dulu. Tapi kalau menteri ini, menteri itu, sudah oke. Sudah tidak ada masalah,” ujar tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden (KSP) tersebut.

Menurut Ngabalin, sebagai orang yang punya peradaban, pendidikan yang baik serta pengalaman yang luas, tidak seharusnya SBY bersikap demikian. Masyarakat harus diberi pemahaman yang sebenarnya, bukan malah menyesatkan.

“Kalau sudah ada kata sepakat, ya mbok dihormati. Ini kan seakan-akan Pak Presiden tidak membuka komunikasi, tidak membuka diri. Bahkan komunikasi AHY dengan Sekneg, itu lancar. Tidak ada masalah,” ujarnya.

Dengan adanya sikap dan pernyataan SBY tersebut, menurut Ngabalin, seakan-akan istana digambarkan sebagai tempat semua kesalahan. “Pak Presiden membuka diri. Sudah ketemu mata dengan mata, hati dengan hati, tangan dengan tangan. Sudah sepakat,” ucapnya lagi.

Ditanya apakah istana keberatan Demokrat tidak bergabung dalam koalisi parpol pengusung Jokowi, menurut Ngabalin, tidak ada persoalan dengan hal tersebut. Karena prinsipnya, partai manapun boleh membangun koalisi dengan siapapun. Yang terpenting menurut Ngabalin adalah, sikap SBY yang dinilai tidak menggambarkan seorang negarawan. “Tidak ada masalah, mau koalisi dengan siapapun. Tapi ini soal etika, soal sikap kenegarawan,” jelas Ngabalin.

Comments

Popular posts from this blog

Prabowo Subianto Calon Presiden Didukung Penuh Oleh KPN GP 2019

Arief Poyuono Dapat Teguran Keras Dari Prabowo Subianto